Sabtu, 13 November 2010

Pamer Spesial Efek Di Siang Bolong

Setelah bertahun-tahun bekerja di dunia perfilman sebagai pembuat spesial efek kelas satu untuk film-film box office, Strause bersaudara berpikir bahwa sudah saatnya mereka membuat film mereka sendiri, "Kita pasti bisa melakukannya kalau mereka (para sutradara film) juga bisa melakukannya, ayo kita bikin sebuah film!" Mungkin begitulah yang dipikirkan mereka pada awalnya. Andai saja ada orang yang mengatakan pada mereka waktu itu,"apa kalian yakin?"


Saya baru saja menonton "Skyline" kemarin dan film itu tidak lebih dari sebuah ajang pamer visual efek di siang bolong. Bolong plot ceritanya, bolong akting pemerannya, dan bolong penyutradaraannya. Jujur, saya kecewa karena merasa "tertipu" dengan curriculum vitae dari Strause bersaudara yang telah membuat lusinan visual efek untuk film-film box office kelas wahid. Tidak ada yang salah dengan visual efeknya, memang bagus dan keren tapi hey...please bagi para penonton itu belum cukup. Strause atau produser film ini seakan-akan mempekerjakan penulis naskah yang baru lulus dari akademi dan juga lupa mengkasting para aktor maupun aktrisnya. Satu pertanyaan, mengapa? Akhirnya setelah saya selidiki lewat berbagai situs, saya mengetahui bahwa bujet untuk memproduksi film ini "hanya" 10-20 juta US Dolar, jumlah yang sedikit untuk film fiksi ilmiah petualangan (berkisar 100-200 juta USD). Ooooooo,,,makanya. Sebuah pengalaman berharga untuk memperhatikan faktor yang satu ini di masa depan.


Saya bersimpati pada Strause bersaudara karena debut film layar lebar mereka tidak didukung dengan bujet yang mamadai (tapi ya kok nekat bikin film genre ini dengan bujet segitu). Terakhir, ibarat nasi campur, Skyline cuma menawarkan satu lauk yang enak dari sekian lauk yang ada. Saya cuma dicicipi lauk "visual efek" sementara lauk-lauk lainnya bener-bener nggak layak untuk dimakan. (jak)

 Movie Pos Rating : 2/5