Rabu, 26 Oktober 2011

Bagus/Nggak? - The Three Musketeers

Sudah lama sekali, sejak menonton Dylan Dog, Movie Pos keluar dari gedung bioskop dengan perasaan marah. The Three Musketeers benar-benar memancing emosi. Film ini menghina intelegensia para penontonnya.


Pertama, mari kita simak sebuah statement ini. Di dalam film aksi apa pun bisa terjadi, jadi jangan menggunakan logika ketika menonton film dengan genre aksi. Ok, Movie Pos setuju dengan statement ini. Tapi statement ini dapat valid setelah kita melihat setting dari film tersebut. Apabila setting tersebut adalah sebuah dunia fiksi ilmiah atau fantasi, apa boleh dikata -semua bisa terjadi di sini-. Tapi bagaimana apabila setting waktu film ini adalah sejarah dan setting tempat dapat dijumpai di dunia nyata? Oke, mungkin alasan sang penulis naskah yang ingin membuat sebuah sejarah ataupun adaptasi novel klasik dipresentasikan dalam sentuhan fiksi masih dapat diterima untuk kepentingan kreatifitas. Sayang sekali, The Three Musketeers sudah kebablasan. 


Yang menjadi masalah bukan ceritanya atau adegan aksinya tapi plot ceritamya yang jauh dari logis. Banyak adegan yang menentang hukum fisika, gravitasi, realitas atau whatever. Sekali lagi film ini bukan film fantasi atau super hero, film ini menceritakan karakter manusia normal di tempat yang normal dan di waktu yang normal. Dari adegan satu ke adegan yang lain banyak benang merah yang putus. Tiba-tiba begini dan tiba-tiba begitu. Tidak ada penjelasan yang berarti. Settingnya tidak mengada-ngada tapi adegannya yang mengada-ada. Walau telah ditutupi dengan tampilan visual yang memukau berupa spesial efek dan setting tempat serta kostum super mewah, plot cerita yang sangat cacat tidak dapat ditutupi. Hal ini semakin diperparah dengan karakter yang tidak memiliki jiwa. Para aktor dan aktrisnya sangat buruk. Bukan salah mereka. Semua ini salah penulis naskahnya yang membuat mereka tampak seperti pion catur yang dikendalikan. Akting dan dialog-dialog yang mereka ucapkan sangat tidak berkarakter.


Tapi dari semua kekurangannya, entah kenapa para produser dan semua kru produksi dengan percaya diri memberikan sinyal kuat akan hadirnya sekuel dari film ini. OH NO! Mengingat sangat jarang film sekuel yang lebih bagus dari film pertamanya, apa jadinya film yang sudah jelek ini dibuat sekuelnya lagi? (jak)

 Movie Pos Rating: 5/10 
Rating: Bimbingan Ortu
Untuk unsur kekerasan dan sensualitas

Untuk mengetahui jadwal nonton film ini, Anda bisa klik di sini