Kamis, 13 Januari 2011

HOT REVIEW: Social Network - Film Inspiratif Yang Sombong

Bagi saya, Inception berada di garis terdepan untuk memenangkan piala Oscar sebagai film terbaik pada 7 Maret nanti. Namun setelah menonton Social Network, saat ini saya seperti dihadapkan pada sebuah dilema. Oh man, sama seperti Inception, this movie has blown my mind. Social Network kini masuk dalam kategori terdepan prediksi saya untuk memenangkan patung emas dan telah masuk dalam daftar film terbaik versi saya pribadi.


Banyak kisah tokoh dari dunia nyata yang diangkat menjadi sebuah film biografi. Biasanya mereka adalah sosok yang memiliki kisah perjuangan hidup inspiratif. Menceritakan perjuangan bagaimana mereka mengejar impian mereka dan akhirnya mereka berhasil. Film Social Network merupakan salah satu dari film-film tersebut. Namun saya memberikan label pada film ini sebagai film inspiratif yang sombong. Ya, Social Network tidak terjebak dalam stereotype film inspiratif yang cengeng dan happy ending. Tidak ada yang salah dengan dua hal itu, tapi terkadang dua hal ini menjadi faktor yang membuat sebuah kisah nyata terkesan dibuat-buat. Social Network beda. Sombong tapi jujur. Film ini seperti cerminan realita tentang apa yang kita lihat sehari-hari dan apa yang sedang terjadi saat ini. Faktor ini dibantu setting waktu dalam film ini yang memang tidak jauh dari masa sekarang. Di luar semua itu, David Fincher telah menyutradarai Social Network dengan tanpa cacat. Hey, dia orang yang bikin film Seven (1995) dan Fight Club (1999). Seorang tipe sutradara yang bisa membuat pikiran para penontonnya "meledak".


Film Social Network adalah sebuah film drama. Bagi yang mengharapkan adegan-adegan aksi yang menegangkan, Anda tidak akan mendapatkannya. Tapi jangan salah, film drama yang biasanya terkenal membosankan (kalau tidak ditonton dengan mood yang tepat) tidak berlaku bagi Social Network. Film ini memiliki senjata ampuh layaknya film aksi. Senjata ampuh yang membuat kita tidak bosan adalah dialog-dialognya. Setiap karakter yang ada dalam film ini memiliki tingkat intelektual kelas Harvard yang bisa memukau kita dengan kata-kata yang mereka ucapkan. Kadang agak membingungkan tapi pada akhirnya juga kita akan mengerti. Bagaimana kita tidak mengerti kalau tema utama yang mereka bicarakan adalah sebuah fenomena dunia yang hampir semua orang mengguankannya tiap hari. Apalagi kalau bukan facebook.


Saya adalah orang yang melek facebook tapi saya buta dengan cerita bagaimana facebook diciptakan. Sebuah penemuan yang besar dan jenius pasti memiliki cerita luar biasa di baliknya. Itulah yang ditawarkan oleh film ini. Cerita luar biasa yang dikemas dengan alur plot yang tepat. Saya bersyukur karena David Fincher yang menyutradarainya, karena film ini bakal beda kalau dipegang orang lain. Selain penyutaradaraan, dialog dan cerita, film ini juga memiliki senjata ampuh lainnya yaitu akting setiap karakter. Para aktor terutama Jesse Eisenberg (yang menjadi Mark Zuckerberg) tampil sangat meyakinkan sampai saya berpikir bahwa sebenarnya dialah sendiri yang mendirikan facebook. Pencapaian luar biasa bagi seorang aktor. Sebuah film inspiratif yang meninggalkan pesan yang kuat, khususnya bagi anak muda.


Pesan dari film ini adalah Don't think BIG when you can think HUGE! Tidak ada alasan bagi kita untuk menjadi sosok yang biasa-biasa karena sebenarnya setiap kita memiliki sebuah potensi untuk menjadi sosok yang luar biasa. Lihat sekelilingmu. Tahukah Anda kalau segala yang ada di dunia ini adalah sebuah potensi? Alam, benda, manusia, informasi, struktur sosial dan masih banyak lagi adalah potensi-potensi yang tersedia di sekeliling kita untuk kita gunakan sebagai inspirasi untuk menciptakan sesuatu. Namun pertanyaan utama adalah "maukah kita?" 

 Movie Pos Rating: 10/10